Busana Imam


Anda pernah lihat busana imam di film-film barat? Jubah hitam atau kemeja hitam dengan collar warna putih? Bagus ya? Coba lihat foto para calon imam dengan paus dan Cardinal Ruini (waktu itu Vikjen Keuskupan Roma) di atas. Dulu saya sempat penasaran, kepingin tahu kenapa collar-nya bisa begitu bagus dan rapi. Belakangan saya tahu bahwa itu adalah kerah palsu yang terbuat dari plastik. Nah :)

Setelah membahas Busana Uskup di artikel yang lalu, sekarang saya ingin membahas busana sehari-hari (yang seharusnya dikenakan oleh) imam. Memang, hari gini mungkin tidak banyak lagi imam yang mau memakai jubah, kecuali imam biarawan dan beberapa yang lain. Sungguh sayang. Banyak imam bahkan tampil dengan kaos oblong saja. Nyaman memang. Mungkin umat tak tega memberitahu bahwa mereka ingin pemimpinnya tampil berwibawa, tampil sebagaimana layaknya seorang pemimpin. Saya salut benar kepada Uskup Surabaya Vincentius Sutikno Wisaksono yang menghimbau para imamnya untuk tampil dengan kemeja ber-collar putih. Setidaknya dengan demikian umat yang bertemu sang imam di jalan akan tahu beliau seorang imam, pemimpin dan junjungannya. Semoga artikel ini bisa mendorong pembaca untuk makin mengenal dan mencintai busana imam. Oh ya, kalau ada umat yang perlu menyatakan terima kasih kepada imamnya, tidak ada salahnya memberi busana imam kan? Daripada mengajak makan terus? He3 :)

Pada dasarnya, busana sehari-hari imam ya adalah jubah setakat mata kaki. Sama seperti paus, kardinal dan uskup, imam juga harusnya sehari-hari tampil berjubah. Nah, sekarang kita bicara soal warna. Putih dipakai paus, merah kardinal, ungu uskup dan imam mestinya pakai warna hitam. Ini warna jubah resmi untuk keperluan liturgi ya. Kalau untuk sehari-hari, kardinal dan uskup boleh memakai warna hitam dengan aksen merah atau bahkan hitam polos. Lengkapnya silakan baca di artikel saya Busana Uskup. Kalau di Indonesia kita melihat jubah uskup atau imam berwarna putih, itu lebih karena pertimbangan iklim. Warna hitam di iklim tropis ini mungkin dianggap terlalu panas. Maka, putih juga tidak apa-apa. Nuncio (Duta Besar Vatikan) untuk Indonesia, saat ini Uskup Agung Leopoldo Girelli, juga pakai jubah warna putih dengan aksen merah. Oh ya, saya belum pernah lihat foto Nuncio tampil tanpa jubahnya, meski saya yakin beliau juga kepanasan di sini, he3, peace :)


Nah, mari kita mulai dengan collar yang dipakai para seminaris di foto di atas tadi. Seperti yang sudah saya bilang, collar ini terbuat dari plastik. Detailnya ada di dua foto di atas. Foto pertama adalah collar dalam keadaan terkancing, dengan sisi depan (sisi yang terlihat dari depan saat dipakai) ada di bawah. Di foto kedua, sisi belakang yang ada di bawah. Silakan klik di masing-masing foto untuk memperbesar.


Dua foto di atas ini menunjukkan collar dalam keadaan terbuka (tidak terkancing). Di foto pertama, sisi dalam (sisi yang bersentuhan dengan leher pemakai, berlubang-lubang untuk ventilasi) terlihat di bagian bawah. Di foto kedua, sisi luar yang ada di bagian bawah. Perhatikan dua lubang kecil di bagian ujungnya. Itu untuk menyatukan kedua ujung collar dengan kancing.


Nah, foto di atas ini adalah kancing yang digunakan untuk menyatukan kedua ujung collar tadi, setelah dilingkarkan di leher pemakai tentunya. Kelima kancing di sebelah kiri itu sama semua modelnya. Sengaja saya foto dengan berbagai macam posisi, supaya Anda bisa bayangkan gimana cara memakainya. Dua kancing di sebelah kanan adalah model lain, yang menurut saya pribadi lebih susah memakainya. Nah, sekarang jadi tahu rahasia collar putih ya? Oh ya, collar macam di atas ini disebut Roman collar, karena asal-muasalnya dari Roma.

Collar putih ini memang terbuat dari plastik, dengan begitu mudah dibersihkan dari keringat dan kotoran. Ia juga berfungsi melindungi kerah jubah/kemeja dari kontak langsung dengan leher pemakai, supaya kerah jubah/kemeja tidak cepat kotor dan jubah/kemeja bisa dipakai beberapa kali. Pemakaian collar putih bukan monopoli imam. Sama halnya dengan pemakaian jubah yang juga bukan monopoli imam (misdinar pakai jubah juga kan?). Collar putih hanyalah pelengkap jubah. Collar putih tidak memiliki makna simbolis apapun, beda dengan stola yang menjadi identitas pelayan tertahbis (imam atau diakon) atau salib pektoral yang menjadi identitas uskup. Satu hal, misdinar, anggota koor dan pelayan lain tidak pakai jubah dan collar putih di luar kegiatan liturgi. Kalau mau, silakan baca artikel saya Collar Putih = Imam?

Berikutnya kita bahas jubahnya. Kita mulai dengan apa yang tidak terlihat. Sebelum memakai jubah, biasanya imam mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan kerah Cina, seperti terlihat di bawah ini.


Kerahnya memang lebih pendek dari kerah Cina pada umumnya, lebarnya hanya 2.5 cm. Kemeja lengan panjang ini biasanya pakai French cuff di ujung lengannya, disatukan dengan manset dan tampak indah waktu menyembul dari bagian lengan jubah. Jadinya nanti sama seperti ujung lengan kemeja panjang biasa, yang menyembul dari jas yang dipakai seorang awam.

Nah, kemeja putih ini bisa langsung dipasangin Roman collar seperti tampak di bawah,


atau ditambah sepotong kain hitam seperti di bawah ini.


Ini model kain hitamnya, ada bagian yang bisa dijepitkan di collar.


Nah, sesudah itu semua baru jubahnya dipakai di atas hem ber-collar tadi. Bagus ya jadinya?


Sepotong kain hitam tadi bertugas menutup celah yang mungkin timbul di antara bagian bawah collar putih dan bagian kerung leher jubah hitam, supaya kemeja putihnya tidak terlihat dari luar. Agak susah membayangkannya ya? Nggak kelihatan sih di foto. Banyak lagi detil yang lain tentang jubahnya, yang nggak akan saya jelaskan di sini. Kalau pengin tahu juga silakan kontak saya langsung lah.

Mari kita agak realistis sekarang. Seandainya toh imam belum mau pakai jubah (lagi) setiap hari, setidaknya mungkin imam mau pakai kemeja dengan collar seperti di bawah ini. Yang berikut ini contoh round collar, yang mungkin belum ada di Indonesia. Hampir mirip dengan Roman collar, tapi yang ini cuman selapis plastiknya, bukan dua seperti Roman collar.




Collar yang berikut ini paling sederhana dan paling gampang dibikin. Sudah banyak imam yang pakai ini di Indonesia. Yang ini namanya slip collar. Collar plastiknya yang berukuran lebar 3 cm tinggal diselipkan di kerah aja. Memang nggak seindah yang Roman collar atau round collar, tapi lumayan lah. Ini sangat praktis dan mudah dipakai.




Semua collar ini adalah bagian dari tradisi gereja Katolik yang sudah berabad-abad umurnya. Sayang sekali, saat ini mungkin lebih banyak pendeta Protestan yang memakainya daripada imam Katolik. Sampai-sampai ada seorang pendeta 
Protestan yang begitu gemas dan mengingatkan koleganya agar tidak memakai simbol-simbol Roma yang harusnya mereka jauhi. Kalau ada waktu, bolehlah baca artikel The Roman Catholic Priest Collar and the Uniform of Rome's Sons ini. Ada lagi artikel yang bagus sekali dari dua orang imam Katolik dari Amerika, Why a Priest Should Wear His Roman Collar. Yang terakhir ini sangat layak untuk dibaca. Jangan dilewatkan. Mari kita lestarikan tradisi ini dengan benar, sebelum dilestarikan dan diklaim oleh pihak lain. Saya agak kawatir, suatu saat nanti mungkin lagu Gregorian akan lebih banyak dinyanyikan di gereja-gereja Protestan. Saya pernah lihat poster konser Gregorian oleh Paduan Suara Protestan. Nah lu :)

Saya mempelajari ini semua dengan maksud ingin berbagi di Indonesia. Saya akan senang sekali kalau ada yang mau belajar. Di Surabaya ada dua penjahit busana gereja yang mau belajar cara membuat jubah dan lain-lain busana gereja dengan benar dan indah. Ada Bu Yulia dari Lebak Arum yang sudah melayani puluhan uskup plus ratusan imam dari seluruh penjuru Indonesia. Ada juga Bu Patricia dari CitraRaya yang sudah bisa membikin alba model Roma yang indah plus singel-nya, dengan biaya nggak lebih dari Rp 180.000. Siapa bilang benar dan indah harus mahal?

39 comments:

  1. SAYA WILLY DARI KALIMANTAN BARAT.
    SAYA SENANG BANGET BISA KETEMU SITUS INI.
    BISA MINTA DOA-DOA DALAM BAHASA INGGRIS GAK?
    INI ALAMAT E-MAILKU:
    wihelmuswilly@gmail.com

    TRIMA KASIH!!

    TUHAN MEMBERKATI!!

    ReplyDelete
  2. mas willy:

    terima kasih sudah mampir ke blog saya. doa2 dalam bahasa inggris banyak sih di internet, coba ya nanti saya cariin, terus saya tunjukin. kalau mau alkitab dalam berbagai macam bahasa ini dia: www.ekaristi.org/bible/

    salam,
    albert

    ReplyDelete
  3. Artikel yang luar biasa. Pertama kali sih search nya tentang misa tridentine, tetapi ketemunya malah blog yang hebat ini.

    Btw, bisa berikan share-nya tentang misa Tridentine ga? dalam artian prospek pelaksanaan misa tridentine di Indonesia dikaitkan dengan sikap KAJ terhadap motu proprio dari Paus...

    ReplyDelete
  4. pak mu:

    wah, saya tidak berkompeten untuk membahas hal misa tridentine pak. khususnya soal "penolakan" yang utama juius card darmaatmadja terhadap mp sp. meski begitu, saya punya beberapa resources tentang misa tridentine dan dengan senang hati akan membantu imam yang mau belajar. susah sekali memang.

    salam,
    albert

    ReplyDelete
  5. Suatu waktu saya melihat pendeta Protestan mengenakan Jubah hitam bercollar putih seperti yang anda sampaikan diatas, kemudian pendeta ini juga mengenakan Jas tambahan diluar kemeja berkolar ini. Apakah hal itu sah-sah saja? Atau sebenarnya melanggar?
    Terima kasih banyak sebelumnya,

    Salam..
    -Augustinus

    ReplyDelete
  6. pak augustinus:

    sejauh yang saya tahu, gereja katolik tidak pernah keberatan tradisi busananya diadopsi oleh pihak lain pak. banyak tradisi katolik lain (selain busana) yang juga digunakan oleh saudara2 protestan. saya dengar, penggunaan hosti untuk ekaristi pun sudah mulai diadopsi oleh beberapa gereja protestan.

    salam,
    albert

    ReplyDelete
  7. fra. Albertus Joni, SCJApril 5, 2010 at 9:36 AM

    Anda benar-benar seorang pemerhati gereja yang luar biasa!

    ReplyDelete
  8. frater albertus joni,

    terima kasih frater, senang bisa berkenalan di sini dan di fb. semoga frater dan teman2 seminaris lainnya tergerak untuk melestarikan tradisi katolik hal busana imam dan calon imam ini. ini juga amanat kitab hukum kanonik, bahwa klerus harus mengenakan busana klerus yang berbeda dari busana awam.

    salam,
    albert

    ReplyDelete
    Replies
    1. Malam, mau tanya dong kalau busana calon imam sih bagaimana? Apakah full sama dengan imam?

      Delete
    2. tergantung kebijakan masing2 uskup, pak/frater.

      salam,
      albert

      Delete
  9. ketika melihat imam pakai pakaian khusus hitam dengan kerah putih seperti di film atau suster dengan pakaian panjang hitam dan kerudung dalam putih dan luar hitam,saya sebagai yang mualaf katolik sangat terkesan,sayang diindonesia sepertinya para imam alergi memakainya dengan berbagai alasan.padahal saya punya pengalaman dikampus dimana sebagian besar mahasiswa sangat kagum dengan datangnya mahasiswa baru yang seorang biksu dengan memakai pakaian lembaran utuh yang hanya dililitkan sehingga mereka berlomba2 untuk menyalami dan bertanya dengan antusias tentang agama budha.bahkan hari2 selanjutnya biksu tersebut punya banyak teman bisa dibilang paling banyak. dan mahasiswa yang jilbpananpun menaruh rasa hormat yang amat sangat walaupun berteman dengan sangat akrab masihkah para romo takut tidak diterima masyarakat?

    ReplyDelete
  10. pak diskusi:

    benar2 pertanyaan yang menggelitik bagi para imam. saya pribadi setuju dengan pendapat bapak.

    salam,
    albert

    ReplyDelete
  11. Dasyat.......Bagug Banget Blog ini. Sangat kaya pengetahuan katolik, sangat bermanfaat. Thanx A Lot.

    ReplyDelete
  12. Klo boleh tau Bu patricia dan bu yulia itu alamat lengkapnya dimana??
    Kira2 beliau melayani untuk umum atau tidak..

    Trims..

    ReplyDelete
  13. Anonymous (1): Terima kasih Pak/Bu.

    Anonymous (2): Bu Patricia (031) 7090-1025 dan Bu Yulia (031) 7116-1888. Keduanya adalah penjahit busana Gereja Katolik yang melayani uskup, imam dan umat Katolik. Biasanya umat Katolik memesan untuk uskup atau imam mereka.

    ReplyDelete
  14. Bapak Albert Wibisono, ytk.
    Terimakasih banyak ya atas tulisan Bapak di blog Bapak ini mengenai busana imam terutama tentang Roman Collar. Saya juga semakin tahu latar belakang kenapa pakaian itu yang diwajibkan dipakai oleh para imam kita. Sekali terimakasih Pak. Saya senang membaca tulisan tersebut. Mudah-mudah, Tuhan yang maha Pemurah memudahkan rejeki untuk Bapak dan keluarga, sehat selalu dan panjang umur!

    Sekian dan Terimakasih,
    Salam dan Doa

    Eduardus B. Sihaloho
    Paroki St. Mikael Tanjungbalai-Asahan
    Sumatera Utara

    ReplyDelete
  15. Albert, ytk.
    terimakasih dengan blogmu ini. sangat memperkaya kasanah tradisi Katolik bagi kita semua. trimakasih untuk kepedulianmu untuk keuskupan Surabaya. Tuhan memberkatimu dan semoga blog ini menjadi berkat bagi banyak orang.

    romo didik

    ReplyDelete
  16. Bapak Eduardus B. Sihaloho ytk.,

    Terima kasih sudah mampir ke Blog TK dan meninggalkan pesan di sini. Juga terima kasih untuk doa2nya Pak. Semoga Tuhan mengaruniakan hal yang sama untuk Bapak dan keluarga di Asahan.

    Salam,
    albert

    ReplyDelete
  17. Romo Didik yth.,

    Terima kasih atas dukungan dan berkat dari Romo. Tulisan Romo di sini sungguh berarti bagi saya. Semoga saya bisa melayani dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

    Salam,
    albert

    ReplyDelete
  18. Senang sekali saya menemukan web ini. Informasinya menarik. Kebetulan saya juga sangat suka dengan topik tradisi gereja.

    Saya tunggu artikel-artikel selanjutnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu Lia Balantina S ytk.,

      Mohon maaf komentar Ibu keselip baru saya balas sekarang. Terima kasih atas dukungan Ibu.

      Salam,
      albert

      Delete
  19. Gimana sih cara buat Clerical Collar (Kerah Imam) yang mudah dan simple tanpa harus membeli???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa buat sendiri dari map plastik warna putih misalnya, lalu dipotong ukuran 16 cm x 3.3 cm dan dibulatkan ujungnya. Atau, bisa juga beli dengan mudah di TK Dot Org yang saya buat ini:
      http://www.tradisikatolik.org/?wpsc-product=kolar

      Salam,
      albert

      Delete
  20. Gimana sih cara buat Clerical Collar (Kerah Imam) yang mudah dan simple tanpa harus membeli???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa buat sendiri dari map plastik warna putih misalnya, lalu dipotong ukuran 16 cm x 3.3 cm dan dibulatkan ujungnya. Atau, bisa juga beli dengan mudah di TK Dot Org yang saya buat ini:
      http://www.tradisikatolik.org/?wpsc-product=kolar

      Salam,
      albert

      Delete
  21. Kok harga Clerical Collar yang Pastoran dan Non-Pastoran berbeda???

    Apakah 220.000 itu sudah mendapatkan kancing untuk Clerical Collarnya???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami hanya menyediakan slip-collar seperti di gambar itu, bukan round-Roman-collar. Kebijakan harganya memang begitu, kami berikan diskon khusus untuk para imam Katolik.

      Salam,
      albert

      Delete
  22. Terimakasih atas sharingnya di blog ini.. saat ini saya sedang merintis usaha membuat baju collar (pdt protestan) dengan kombinasi kain yang merupakan kekayaan indonesia seperti batik, ulos, songket dan tenun.. apakah ada masukan tentang ide ini dari anda.. thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir ke sini Pak/Bu. Dari sudut pandang sejarah, kemeja bercollar adalah versi modern dan praktis dari busana imam yang dulunya hanya berupa jubah. Di Katolik, baiknya warna kemeja bercollar disesuaikan dengan warna jubah imam, yaitu hitam, atau putih khusus untuk daerah tropis. Ini merupakan ungkapan kesederhanaan para imam. Tidak ada jubah batik atau jubah tenun, maka sebaiknya juga tidak ada kemeja bercollar batik atau tenun. Ini pendapat saya pribadi ya Pak/Bu.

      Salam,
      albert

      Delete
  23. di manakah saya bisa mendapatkan round roman collar?

    ReplyDelete
    Replies
    1. D Indonesia belum ada yang menjual Pak. Kalau mau bisa beli dari Barbiconi di Roma:

      Ini round Roman collar-nya:
      http://www.barbiconi.it/schedabis.asp?idProdotto=265

      Dan ini kancingnya:
      http://www.barbiconi.it/schedabis.asp?idProdotto=288

      Salam,
      albert

      Delete
  24. makasih telah berbagi pengetahuan. bisa gak saya pesan round roman collarnya di pak albert aja?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf Bu, saya tidak menyediakan round Roman collar. Setahu saya, di Indonesia belum ada yang menjual. Kalau mau bisa beli dari Barbiconi di Roma:

      Ini round Roman collar-nya:
      http://www.barbiconi.it/schedabis.asp?idProdotto=265

      Dan ini kancingnya:
      http://www.barbiconi.it/schedabis.asp?idProdotto=288

      Salam,
      albert

      Delete
  25. Salam kenal. Artikel yang bagus, sangat membantu. God bless

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga Romo/Bapak. Amin. Terima kasih.

      Salam,
      albert

      Delete
  26. Terimakasih, bersyukur ketemu blog ini. Tuhan Yesus memberkati, Bunda Maria merestui.

    ReplyDelete
  27. Hallo..
    Sy jg akhir² ini jdi sedih sama umat dan beberapa seminari yg tidak mengizinkan frater mengenakan jubah hitam. Umat malahan berkesan para frater yg jubahan hitam kayak ikut²an romo di Barat. Btw makasih ya infonya,semoga ini membuka wawasan kita semua..

    ReplyDelete