Misdinar di Les Combes, Italia siap menyambut Paus (Foto: Corbis) |
Soal alba sebagai busana misdinar, berikut ini pasalnya: "Busana liturgis yang lazim dikenakan oleh semua pelayan liturgi, tertahbis maupun tidak tertahbis, ialah alba, yang dikencangi dengan singel, kecuali kalau bentuk alba itu memang tidak menuntut singel. Kalau alba tidak menutup sama sekali kerah pakaian sehari-hari, maka dikenakan amik sebelum alba. ..." (PUMR 336) Untuk lengkapnya, silakan periksa PUMR Anda, halaman 127-130, tentang Busana Liturgis. Hal yang sama ditegaskan lagi dalam Tata Upacara Para Uskup (Bdk. Caeremoniale Episcoporum 65).
Pelayan komuni tak lazim mengenakan alba model Romawi (Foto: TK) |
Lebih lanjut, kenapa harus alba? Alba (Latin: albus, artinya putih) merupakan lambang kesucian dan kemurnian hati yang dibutuhkan untuk dapat melihat Allah (Bdk. Mat 5:8). Sungguh penting menunjukkan kepada Allah niat baik kita untuk menyucikan dan memurnikan hati dengan mengenakan alba yang benar. Gunakan warna putih yang bersih dan cerah dan bukan krem atau kuning. Kenakan alba yang panjang dan bisa menutup pakaian sehari-hari sepenuhnya, termasuk celana panjang. Di bagian leher, pastikan kerah pakaian sehari-hari tidak kelihatan, atau kenakan amik untuk menutupinya. Meski terkesan polos, jangan lalu tergoda untuk menambahkan salib dada sebagai asesoris. Salib dada merupakan privilese uskup (Bdk. CE 1199-1210). Berhati-hatilah dalam berkreasi untuk memperindah alba yang terkesan polos. Di beberapa tempat saya melihat alba dikenakan dengan "samir", suatu asesoris yang mirip pallium. Silakan periksa foto Paus di bawah ini. Selempang putih yang digunakan Paus itu adalah pallium model kuno. Asesoris ini hanya dikenakan oleh uskup agung metropolitan; ia mendapatkannya langsung dari Paus (Bdk. CE 62).
Paus mengenakan pallium (Foto: TPBF) |
Sungguhpun PUMR terkini mengatakan alba, sejauh yang saya amati belum banyak misdinar di Indonesia maupun di negara lain yang mengenakan alba. Kita mungkin lebih terbiasa melihat misdinar dengan jubah dan superpli. Di Vatikan pun misdinar mengenakan jubah dan superpli. Penggunaan jubah dan superpli oleh pelayan altar ini masuk dalam definisi tradisi atau kebiasaan, yang dalam bahasa hukum Gereja disebut "consuetudo", dan karenanya merupakan praktik yang legitim (Bdk. KHK 23-28). Penggunaan jubah dan superpli ini juga disarankan, di antaranya, oleh para rubrikus terkemuka Fortescue, O'Connell & Reid (Bdk. The Ceremonies of the Roman Rite Decribed, 15th ed., 2009, p. 32).
Kalau sudah bicara jubah dan superpli, pertanyaannya lalu, "Apa warna jubahnya?" Seturut tradisi ratusan tahun, akolit atau misdinar mengenakan jubah yang sama dengan jubah imam. Sama modelnya dan sama pula warnanya. Hitam. Waktu imam-imam di daerah tropis diberi kelonggaran untuk memakai jubah warna putih dan tidak lagi harus warna hitam, misdinar tidak ikut berubah memakai jubah warna putih. Memang, jubah putih dan superpli putih bukan kombinasi yang baik. Di beberapa tempat di Eropa, seturut tradisi ratusan tahun, misdinar mengenakan jubah berwarna merah. Ini juga merupakan tradisi atau kebiasaan yang legitim dan boleh diteruskan.
Sampai di sini kita mengerti bahwa warna jubah misdinar yang legitim adalah hitam, atau merah bila dikehendaki. Lalu, kenapa misdinar di Vatikan mengenakan jubah warna ungu? Ungu adalah warna "episcopal livery" atau seragam keuskupan (Nainfa, 1926). Seturut tradisi, dalam rumah tangga uskup, semua pelayannya, dari MC sampai diakon dan akolit atau misdinar, mengenakan warna ungu juga. Nah, misdinar di Vatikan mengenakan warna ungu karena mereka adalah pelayan Paus, yang adalah Uskup Roma. Lalu, kenapa misdinar-misdinar dewasa saat Misa Paskah atau Misa Natal Paus mengenakan warna hitam dan bukan ungu? Jawabnya sederhana saja, karena mereka umumnya adalah para seminaris yang sedang studi di Roma, dan mereka semuanya mengenakan jubah mereka sendiri yang berwarna hitam. Jadi, sampai di sini warna jubah misdinar yang legitim adalah hitam, merah dan ungu; yang terakhir ini hanya untuk misdinar yang melayani uskup.
Misdinar di Vatikan (Foto: Spaziani) |
Perlu saya garis bawahi, bahwa tidak ada aturan maupun tradisi bahwa misdinar perlu mengenakan jubah sesuai warna liturgi. Sama dengan tidak ada aturan maupun tradisi bagi imam untuk mengenakan jubah sesuai warna liturgi. Jubah Paus, kardinal, uskup, imam, diakon dan misdinar tidak pernah mengikuti warna liturgi. Warna liturgi hanya untuk kasula, dalmatik dan stola, plus singel kalau mau. Plus juga antependium, kain yang menggantung di depan altar dan ambo (mimbar baca). Itu saja. Jadi, meski paroki punya cukup dana, tidak perlu memesan jubah misdinar warna putih, merah, hijau, ungu dan hitam. Jubah misdinar cukup satu warna saja.
Misdinar di Vatikan (Foto: Spaziani) |
Paduan Suara Kepausan Kapela Sistina (Foto: CMPS) |
Superpli agung nan sederhana (Roulin, 1950) |
Sebagai penutup, Para Bapa Konsili Vatikan II telah mengajarkan kepada kita hal "kesederhanaan yang agung", dan bukan semata "kesederhanaan". Seturut ajaran tersebut, mari bersama memperhatikan kembali keagungan busana liturgi kita. Mari kita persembahkan hanya yang agung bagi Allah, bukan karena Ia memintanya, tetapi karena Ia sungguh layak dan pantas menerimanya.
Artikel lain yang relevan:
- Busana Uskup
- Busana Liturgi Uskup
- Busana Imam
- Busana Asisten Imam
Catatan: Artikel ini, dengan dua dari tujuh foto di atas, dimuat dalam Majalah Liturgi yang diterbitkan oleh Komisi Liturgi KWI, Vol 24 No 2 - Apr-Jun 2013.
terima kasih untuk infonya busana misdinar telah ditetapkan sejak Konsili Vatikan II, komentar balik ya ke blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com
ReplyDeleteKembali Pak.
DeleteSalam,
albert
Slmt soreh,saya Maxi dari NTT mau pesan baju misdinar. Apa tersedia?
ReplyDeleteSelamat sore, Pak. Kalau Bapak ada Tokopedia, bisa beli di toko kami di sana:
Deletehttps://www.tokopedia.com/tradisikatolik
Kalau tidak ada Tokopedia, bisa hubungi kami lewat Whatsapp di https://wa.me/628113114455
Salam,
Albert
Nomor Whatsapp kami +62-811-311-4455.
DeleteHalo Pak Albert, saya ijin bertanya, berarti untuk busana liturgi bagi Misdinar itu yg lebih tepat hanyalah Alba Hitam dengan superpli putih ya? Lalu bagaimana dengan busana petugas liturgi yg lain? Busana apa yg lebih tepat digunakan oleh Lektor, Pemazmur, dan Prodiakon? Karna banyak sekali samir2 Lektor dan Prodiakon yang bentuk nya mirip dengan busana uskup
ReplyDeleteSalam. Yang pertama, alba itu artinya putih. Jadi, tidak ada alba hitam. Yang ada adalah jubah hitam. Berikutnya, busana misdinar cukup jubah hitam dan superpli (putih) saja. Busana petugas liturgi yang lain bisa alba dan singel, atau jubah hitam dan superpli. Pertanyaannya, kenapa harus ditambah suatu asesoris yang lain? Apalagi yang tidak lazim di Gereja universal dan tidak perlu (samir atau apapun itu)?
DeletePUMR 344. Busana liturgis hendaknya tampak indah dan anggun bukan karena banyak dan mewahnya hiasan, melainkan karena bahan dan bentuk potongannya. Hiasan pada busana liturgis yang berupa gambar atau lambang, hendaknya sesuai dengan liturgi. Yang kurang sesuai hendaknya dihindarkan.
Kalau memang ingin busana liturginya indah, tidak perlu menambahkan asesoris-asesoris atau hiasan, seperti kata PUMR. Pakailah kain yang bermutu seperti yang diminta PUMR di atas. Dan, keindahan suatu busana liturgi itu di antaranya juga karena penggunaan kain yang lebar dan bukan sempit (potongannya, seperti kata PUMR di atas).
baik terimakasih banyak Pak penjelasannya
DeleteSelamat Malam Pak Albert, saya izin bertanya, menurut Bapak, bentuk asesoris tambahan apa yg tepat untuk petugas liturgi selain Misdinar? (Dalam hal ini maksud saya adalah bentuk samir apa yg tepat untuk Lektor dan Prodiakon?) Karna dipasaran kebanyakan samir2 nya berbentuk seperti busana Uskup atau bahkan busana Paus. Mohon pencerahannya trimakasih 🙏
ReplyDeleteTidak perlu asesoris tambahan, Pak. Ikuti saja apa yang diminta Gereja dalam PUMR. Gereja tidak pernah meminta asesoris-asesoris tambahan untuk alba dan singel.
DeleteBaik, terimakasih banyak Pak sudah menjawab 2 pertanyaan saya 😁🙏
Delete