Foto: Santa Clara University Archives |
Tak kenal maka tak sayang. Silakan dengarkan dulu lagunya. Klik di sini untuk mendengarkan versi simplex alias sederhananya, yang melodinya sedikit berbeda dari versi Romawi yang ada di Puji Syukur. Sambil mendengarkan, baca dan hayatilah syairnya di bawah ini (dari PS 669). Versi Latin aslinya ada di bawah.
Allah Tuhan Kami
Allah Tuhan kami,
Engkau kami muliakan.
Dikau Bapa yang kekal,
seluruh bumi sujud pada-Mu.
Para malaikat
serta segala isi surga bermadah,
kerubim dan seraphim
tak kunjung putus memuji Dikau.
Kudus, kudus,
kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa.
Surga dan bumi
penuh kemuliaan-Mu.
Kau dimuliakan
kalangan para rasul,
Kau diluhurkan
rombongan para nabi,
Engkau dipuji
barisan para martir.
Engkau dipuji Gereja kudus
di seluruh dunia.
Bapa sungguh mahakuasa,
Putra Bapa yang tunggal
yang patut disembah.
Roh Kudus pula,
penghibur umat Allah.
Kristus raja nan jaya.
Engkaulah Putra Bapa yang kekal.
Untuk menebus kami,
Kau jadi manusia,
sudi dikandung Santa Perawan.
Kuasa maut Kau kalahkan,
Kau buka pintu surga
bagi umat beriman.
Kau bertakhta dengan mulia di sisi kanan Bapa,
Dikaulah Hakim yang akan datang.
Maka kami mohon,
tolonglah hamba-Mu, yang
Kautebus dengan darah-Mu sendiri.
Satukanlah kami dengan orang kudus
dalam kemuliaan-Mu.
Selamatkanlah kami, ya Tuhan,
berkatilah umat pilihan-Mu.
Rajailah kami, dan angkatlah kami
untuk selamanya.
Setiap hari kami memuji Dikau,
kami memegahkan nama-Mu
untuk sepanjang masa.
Ya Tuhan, sudilah menjaga kami,
agar hari ini luput dari dosa.
Kasihanilah kami, ya Tuhan,
Kasihanilah kami.
Limpahkanlah kasih setia-Mu kepada kami,
sebab kami berharap pada-Mu.
Kepada Tuhan kami percaya,
kami tak kecewa selamanya.
Te Deum
Te Deum laudámus,
te Dóminum confitémur.
Te ætérnum Patrem,
omnis terra venerátur.
Tibi omnes ángeli,
tibi cæli et univérsæ potestátes,
tibi chérubim et séraphim
incessábili voce proclámant.
Sanctus, Sanctus,
Sanctus Dóminus Deus Sábaoth.
Pleni sunt cæli et terra
maiestátis glóriæ tuæ.
Te gloriósus
apostolòrum chorus,
te prophetárum
laudábilis númerus,
te mártyrum candidátus
laudat exércitus.
Te per orbem terrárum
sancta confitétur Ecclésia,
Patrem imménsæ maiestátis,
venerándum tuum verum
et únicum Fílium.
Sanctum quoque
Paráclitum Spíritum.
Tu rex glóriæ, Christe.
Tu Patris sempitérnus es Filius.
Tu, ad liberándum susceptúrus hóminem,
non horrúisti Virginis úterum.
Tu, devícto mortis acúleo,
aperuísti credéntibus
regna cælórum.
Tu ad déxteram Dei sedes,
in glória Patris.
Iudex créderis esse ventúrus.
Te ergo quǽsumus,
tuis fámulis súbveni,
quos pretióso sánguine redemísti.
Ætérna fac cum sanctis tuis
in glória numerári.
Salvum fac pópulum tuum, Dómine,
et bénedic hereditáti tuæ.
Et rege eos, et extólle illos
usque in ætérnum.
Per síngulos dies benedícimus te,
et laudámus nomen tuum
in sǽculum, et in sǽculum sǽculi.
Dignáre, Dómine, die isto
sine peccáto nos custodíre.
Miserére nostri, Dómine,
miserére nostri.
Fiat misericórdia tua,
Dómine, super nos,
quemádmodum sperávimus in te.
In te, Dómine, sperávi,
non confúndar in ætérnum.
Te Deum adalah hymne atau madah syukur yang biasa dinyanyikan dalam Ibadat Bacaan, suatu bagian dari Ibadat Harian atau sholat 7 waktunya umat Katolik. Te Deum juga dinyanyikan sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas berkat khusus atau karunia luar biasa yang kita peroleh, saat: terpilihnya paus baru, tahbisan uskup, kanonisasi santo-santa, profesi religius, penandatanganan perjanjian damai, penobatan raja (Katolik) yang baru, dan lain-lain. Te Deum bisa dinyanyikan pada akhir Misa atau Ibadat Harian, atau sebagai suatu ritual yang terpisah.
Teks madah ini mengikuti struktur Syahadat Para Rasul; gabungan dari visi puitis liturgi surgawi dan pernyataan iman. Dimulai dengan menyebut nama Allah, dan dilanjutkan dengan menyebut semua yang memuji dan memuliakan Allah, dari hirarki makhluk surgawi sampai umat beriman Kristiani yang sudah ada di surga dan Gereja yang masih mengembara di seluruh dunia. Madah ini kemudian kembali ke rumus pengakuan iman, menyebut Kristus dan mengingat kelahiran, penderitaan dan wafat-Nya, serta kebangkitan dan kemuliaan-Nya. Berikutnya disampaikan pula pujian, dari Gereja semesta dan dari sang penyanyi khususnya; permintaan belas kasihan atas dosa-dosa di masa yang lalu, mohon perlindungan dari dosa di masa depan, dan harapan untuk dapat bersatu dengan para kudus di surga.
Foto: Koor Kepausan Kapela Sistina |
Tidak adakah ulasan tentang sholat 7 waktu? Saya tertarik dengan hal tersebut.
ReplyDeleteTerima kasih Bu, saya tampung dulu usulannya ya.
DeleteSalam,
albert
Bisa, baca di sini, Bu:
Deletehttps://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat_harian
Salam,
albert
Apa itu 7 waktu, 'shalat', hmm baru dengar, menggunakan istilah yg agak tricky ya rupanya hehehe
ReplyDeleteBs dijelaskan lbh lanjut kah?
Itu salah satu cara yang paling mudah untuk menjelaskannya. Untuk lebih jelasnya, silakan periksa yang ini:
Deletehttps://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat_harian
Salam,
albert
Terima kasih buat pencerahanNYA. Usulan terakhir setuju dan minimal perlu diperkenalkan, apalagi nothing to lose anyway malah dapat indulgensi sambil menikmati hadirat Tuhan surga turun dimana kita berada dan kita terajak ikut memuji menyembah Tuhan. God bless! Allelluia!
ReplyDelete