Mitra Simplex: Topi Uskup yang Simpel


Di Misa Tahbisan Uskup Amboina YM Inno Ngutra, April 2022 yang lalu, ada sesuatu yang tidak biasa terjadi di Indonesia, setidaknya beberapa puluh tahun terakhir ini. Para uskup yang hadir tidak hanya mengenakan kasula yang seragam; beliau-beliau juga mengenakan topi tinggi uskup alias mitra yang seragam pula. Putih warnanya; mitra simplex namanya. Sesuai namanya, mitra ini simpel dan sederhana. Apa itu mitra simplex dan kapan ia dipakai? Berikut ini akan saya jelaskan secara singkat.


Mitra simplex adalah mitra yang terbuat dari kain warna putih. Linen putih polos untuk para uskup dan uskup agung; dan sutra damask putih tulang dengan motif buah pinus untuk para kardinal. Di bagian belakang mitra simplex, di ujung kedua lapel atau infulae yang menggantung, bisa dipasang kicir berwarna merah, tapi bisa juga tidak.  Berikut ini adalah mitra simplex uskup (silakan klik panah ke kanan/ke kiri untuk melihat foto-foto lainnya):

Embed from Getty Images

Bandingkan dengan mitra simplex kardinal di bawah ini: 

Embed from Getty Images

Atau ini, untuk lebih jelasnya:

Embed from Getty Images

Anda bisa lihat beda mitra simplex uskup dengan mitra simplex kardinal kan?  Oh ya, mitra simplex kardinal yang lebih tradisional memiliki desain yang berbeda depan dan belakangnya. Berikut ini adalah desain bagian belakang mitra simplex kardinal model tradisional, buatan Gammarelli—penjahit para Paus:


Itu tadi mitra simplex uskup dan kardinal. Apa Paus juga punya mitra simplex? Ada. Modelnya seperti di foto di bawah ini—bagian tepinya bisa berwarna keemasan atau keperakan:

Embed from Getty Images

Mitra simplex dikenakan para kardinal dan uskup untuk berkonselebrasi. Dalam konselebrasi, hanya selebran utama saja yang mengenakan mitra berhias, baik mitra pretiosa atau mitra semi-pretiosa. Dengan demikian, sesuai hakikat konselebrasi dan sesuai yang telah diamanatkan berbagai aturan liturgi, akan nampak jelas siapa sang selebran utama—yang idealnya pun juga mengenakan kasula yang berbeda (baca: lebih indah dan lebih menonjol) dari para konselebran lainnya. Di Vatikan, para kardinal dan uskup yang berkonselebrasi dalam Misa yang dipimpin Paus atau prelatus lainnya, selalu diminta untuk mengenakan mitra simplex oleh MC Liturgi Kepausan.

Selain konselebrasi, mitra simplex juga dipakai para kardinal dan uskup dalam beberapa upacara lain: selama Masa Prapaskah (CE 261)—mulai dari Rabu Abu (CE 255), saat dikenakan kasula atau pluviale warna ungu; dalam Ibadat Jumat Agung (CE 315), bersama kasula warna merah; pada Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman—2 November (CE 400 & 402), dalam Upacara Pemakaman (CE 822 & 826) plus Misa atau ibadat arwah lainnya, bersama kasula atau pluviale warna ungu atau hitam, atau putih dalam beberapa kasus tertentu di Indonesia.

Akhirnya, mitra simplex adalah mitra yang dipakaikan pada jenazah uskup waktu beliau meninggal, dalam kesempatan ini bersama cincin simplex/sederhana—tanpa batu permata—dan kasula warna ungu (CE edisi 1886: Buku Kedua Bab XXXVIII No. 10).

Dari uraian di atas, nampaklah kiranya benang merah pemakaian mitra simplex ini, yaitu: ungkapan kerendahan hati (saat menjadi konselebran dalam upacara liturgi dengan banyak prelatus lain), ungkapan tobat (dalam Masa Prapaskah), dan ungkapan duka (dalam Ibadat Jumat Agung dan Misa-Misa Arwah).

Berikut ini adalah beberapa catatan dan pengecualian. Dalam berbagai hari raya dan pesta dalam Masa Prapakah, sesuai hakikat perayaannya, tidak dikenakan mitra simplex. Dalam suatu Misa Konselebrasi bisa saja ada pemakaian mitra berhias selain oleh selebran utama. Contohnya: oleh uskup baru dalam Misa Tahbisan Uskup.

Hal kapan memakai dan melepas mitra simplex, berlaku aturan yang sama dengan mitra-mitra lainnya. Silakan periksa panduan praktisnya di link ini.

Link Relevan:

No comments:

Post a Comment